Selasa, 17 April 2018

Ibroh dari permainan masa kecil


Dulu sewaktu kita masih kecil. Begitu banyak permainan yang menyenangkan. Salah satu permainan yang mungkin hampir setiap anak laki laki lakukan adalah bermain layang-layang. Permainan ini hanya butuh beberapa perlengkapan. Selain dari layang-layang yang menjadi actor utama. Ada benang dan alat penggulung seadanya, bisa potongan kayu atau sekedar kaleng bekas.
Keseruan dari permainan ini adalah,ketikakita bisa menerbangkan layang-layang yang kita miliki jauh lebih tinggi dari pada yang lainnya. Atau saat kita bisa menumbangkan lawan dengan memutuskan benang sang lawan. Namun ada keseruan yang takkalah seru dari semua hal diatas. Yakni ketika ada layang- layang yang putus.
Saat ada laying-layang yang putus. Setiap pasang mata yang menyaksikan  akan segera berteriak “ enek layangan pedot, godak !!!! “  seruan itu ibarat teriakan sang jendral untuk pasukannya agar segera memulai perang, dan anak-anak pun segera lari tunggang langgang untuk mengejar laying-layang.
Hal ini pasti menguras waktu dan tenaga.namun apa hasil yang didapat? Rasa senang dan puas saat berhasil itulah yang didapat. Padahal terkadang satu laying-layang bisa jadi rebutan belasan anak. Lalu apa yang terjadi? Fikir saja sendiri ! anda pasti tau kalau pernah melakukan hal ini.
Saya berani bertaruh bahwa anda akan enggan melakukan hal ini lagi saat sudah menginjak dewasa. Karna kita tau bahwa hal itu hanya buang-buang waktu dan tenaga saja.
Namun ada  pelajaran yang besar  yang bisa kita ambil dari kisah masa kecil kita ini?
Carut marut urusan dunia yang tak ada habisnya. Semua kebisingan yang terkadang menggoda naluri kita untuk mengikutinya. Seolah olah sudah membutakan mata kita, sehingga sulit membedakan mana prilaku dewasa dan anak TK. Mengaku pengusaha, artis terkenal dan pejabat Negara. Namun tak jauh beda prilaku dan apa yang dikerjakannya dengan prilaku kejar layangan ala anak TK.
Tau bahwa dengan jadi artisakan memangkas kehidupan normalnya. Faham betul bahwa dengan jadi pengusaha akan menyita kesenangan dan waktu bersama keluarga. Dan sudah banyak contohnya bila jadi pejabat yang tak amanah akan berakhir di penjara. Namun semua itu hanya kefahaman seremonial saja.
Buktinya semua kedudukan diatas masih menjadi incaran dan primadona. Ibarat “Ulo marani Gepok” begitu Guru kami BG MA. Muchtar mengisyaratkan orang yang masih sibuk mengejar berebut kenikmatan dan tahta dunia. Ibarat anak kecil yang masih mengejar laying-layang yang pada akhirnya hanya dapat capek saja.
Saat kita melihat para artis, pejabat, pengusaha seolah olah itu sesuatu kenikmatan yang luar biasa. Kesana kemari di hormati. Setiap orang yang lewat permisi. Dikit dikit minta selfi, dan semuaorang pun seolah sangat peduli. Namun dibalik itu ada banyak jertitan hati.
Begitu banyak artis yang bunuh diri dan terjerusmus pada ektasi. Tak kurang contoh para pengusaha yang jadi gila karna hartanya. Dan penjabat yang berakhir di jeruji besi pun selalu menghiasi berbagai media dan televisi.
Jadikan semua ini ibroh wahai saudara saudari. Jangan jadi anak-anak lagi. Yang masih saja mengejar hal sia-sia yang kita sudah tau akan ujung permainannya. Jadilah dewasa. Hidup didunia berbekal sederhana saja, sedangkan yang lainnya ayo di transfer ke rekening akherat kita sebagai jaminan bisa hidup senang, mewah, bahagia selama-lamanya. Semangat usaha, monggo silahkan saja ! namun bukan untuk memenuhi ambisi hidup mewah didunia, melainkan untuk persiapan bekal akherat kita. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar